Mortality Rate of Bali Cattle (Bos sondaicus) Calves in West Timor, Indonesia
I. G. N. JelantikA, R. CoplandB, M. L. MullikA,
ADepartment of Animal Science, The University of Nusa Cendana, Kupang, Indonesia
BSchool of Animal Studies, The University of Queensland 4343,Australia
High calf mortality has been reported to be the most prominent factor responsible for the low productivity of Bali cattle productivity in West Timor, Indonesia. Some studies recorded calf mortality in the range between 30% to 40% (Wirdahayati and Bamualim 1994), or as high as 50% in some herds (Fattah, 1998).
A survey was carried out to investigate the mortality rate of Bali cattle calves in 4 districts in West Timor, Indonesia Timor, including the districts of Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU) and Belu. Data on the incidence and causes of calf mortality were collected from a total of 249 farmers during December 2007 using structured interviews based on a standard questionnaire. Data were statistically analysed using Proc. GLM(SAS Institute).
Petrus Kune, I.G.N. Jelantik, M.L. Mullik, R. Copland, J.A. Jermias, C.L. Leopenu,
H L L Belly, W M M-Nalley
Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang
ABSTRAK
Penelitian tentang pengaruh suplementasi kepada anak sapi terhadap tampilan reproduksi induknya telah dilaksanakan selama dua (2) tahun terhadap 62 ekor sapi induk sapi yang anaknya diberikan suplementasi dan 58 ekorinduk yang anaknya tidak diberikan suplementasi (control). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati apakah pemberian suplementasi kepada anak sapi yang menyusui dapat mempengaruhi performans reproduksi induk sapi yang menyusui anak sapi tersebut. Penelitian ini dilaksanakan langsung di tingkat peternak pada wilayah kabupaten Kupang. Untuk mencapai tujuan tersebut maka telah dirancang sebuah penelitian yang terdiri dari kelompok perlakuan, yakni yang diberi suplementasi dan yang tidak diberi suplementasi kepada anaknya. Sapi betina yang digunakan ini adalah sapi betina yang sedang memiliki anak sapi yang berumur sejak mampu mengkonsumsi suplemen selama musim kemarau. Untuk mengetahui perbedaan tampilan reproduksi diantara kedua kelompok ternak sapi iniduk ini dilakuan uji statistik menggunakan uji t. variabel yang diamati dalam mengamati tampilan reproduksi sapi-sapi induk tersebut adalah angka kelahiran, bulan konsentrasi lahir dan jarak (interval) beranak. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan antara kedua perlakuan ini pada parameter angka kelahiran, jarak beranak.